Hukum
Sidang George Sugama Halim , Anak Toko Roti Berlanjut, Orangtua Memohon Keadilan dan Izin Menjenguk

Jakarta, 18 Maret 2025 – Pengadilan Negeri Jakarta Timur kembali menggelar sidang lanjutan kasus penganiayaan terhadap karyawan toko roti dengan menghadirkan dua saksi dari Jaksa Penuntut Umum (JPU). Kedua saksi tersebut adalah Ayu, selaku saksi korban, serta Vivian, saksi fakta yang menyaksikan langsung kejadian.
Selama persidangan, kedua saksi memberikan keterangan dengan lancar, meski Vivian sempat diminta mengulang beberapa pernyataan karena suaranya yang terlalu pelan. Sementara itu, terdakwa George Sugama Halim sempat memberikan klarifikasi terhadap beberapa pernyataan saksi yang dinilai kurang sesuai dengan kejadian sebenarnya.
Kuasa Hukum Terdakwa Puas dengan Keterangan Saksi
Tim kuasa hukum terdakwa yang terdiri dari Agus Susanto, SH., M.H., Michael Pardede, SH., MH., Dr. Marlas Hutasoit, SH., M.H., dan Sudarta Siringoringo, SH., CLA, CM menyatakan bahwa secara keseluruhan, kesaksian yang diberikan telah sesuai dengan fakta yang ada.
“Terdakwa sebenarnya tidak keberatan, hanya ingin meluruskan beberapa hal yang kurang tepat. Secara keseluruhan, keterangan saksi sudah sesuai dengan fakta,” ujar Dr. Marlas Hutasoit, S.H., M.H.
Namun, tim kuasa hukum menyoroti beberapa pernyataan saksi yang dinilai tidak sinkron. Salah satunya adalah pernyataan bahwa saksi merasa panik tetapi masih sempat merekam kejadian.
“Jika benar-benar khawatir, seharusnya meninggalkan lokasi, bukan malah merekam kejadian,” tambahnya.
Terdakwa Minta Maaf, Saksi Mengaku Sudah Memaafkan
Dalam persidangan, George Sugama Halim menyampaikan permintaan maaf kepada korban atas insiden tersebut. Saksi korban, Ayu, menerima permintaan maaf itu, tetapi menegaskan bahwa proses hukum tetap harus berjalan.
“Dari permintaan maaf itu, jelas bahwa tindakan terdakwa bukan dilakukan dengan sengaja, melainkan spontan. Berdasarkan keterangan saksi, kasus ini mengarah ke Pasal 351 ayat 1 KUHP tentang penganiayaan ringan. Biarlah majelis hakim yang mempertimbangkan fakta ini,” kata Sudarta Siringoringo, S.H., CLA, CM.
Sidang Berlanjut dengan Pemeriksaan Saksi Ahli
Sidang akan kembali dilanjutkan besok (18 Maret 2025) dengan agenda pemeriksaan saksi ahli. Hingga saat ini, tim kuasa hukum terdakwa belum memastikan apakah akan menghadirkan saksi tambahan.
“Kami masih mendiskusikannya dan akan memutuskannya besok,” ujar Agus Susanto, SH., M.H.
Orangtua Terdakwa Memohon Keadilan dan Izin Menjenguk
Orangtua George, yang turut hadir dalam persidangan, mengungkapkan keprihatinan mereka atas kondisi anak mereka yang kini ditahan di Rutan Cipinang. Linda, ibu terdakwa, mengungkapkan bahwa rekaman kejadian yang menjadi bukti dalam kasus ini dilakukan atas permintaannya sendiri, dengan tujuan agar George mendapatkan pelajaran dan tidak mengulangi perbuatannya.
Linda juga menegaskan bahwa setelah kejadian tersebut, keluarga langsung membawa korban ke klinik terdekat dan berupaya melakukan mediasi. Namun, hingga saat ini, upaya tersebut belum mendapat respons dari pihak korban.
Yang lebih menyedihkan bagi keluarga, hingga saat ini mereka belum diizinkan untuk menjenguk George, meskipun ia dikabarkan sedang sakit flu.
“Kami hanya bisa berkomunikasi melalui telepon. Kami berharap bisa bertemu langsung dengan anak kami dan memastikan kondisinya baik-baik saja,” ungkap Linda dengan penuh harap.
Sidang lanjutan besok diharapkan dapat memberikan titik terang dalam kasus ini serta menjamin bahwa keadilan ditegakkan untuk semua pihak yang terlibat.
Hukum
9 Remaja Diciduk Polisi Usai Tawuran di Pesanggrahan, Bawa Sajam dan Rekam Aksi untuk Medsos

Jakarta – Aksi tawuran sekelompok remaja di Jalan Palem, Petukangan Utara, Jakarta Selatan, bikin heboh media sosial. Video mereka saat tawuran beredar luas, hingga akhirnya polisi dari Polsek Pesanggrahan turun tangan dan menangkap sembilan orang pada Minggu (20/7) sekitar pukul 01.30 WIB. Dua di antaranya ternyata sudah berusia dewasa.
Kapolsek Pesanggrahan AKP Seala Syah Alam menjelaskan, tawuran ini terungkap berkat video yang viral di Instagram.
“Terkait video viral di Instagram tanpa hak membawa senjata tajam yang terjadi pada Minggu dini hari sekitar pukul 01.30 WIB di wilayah hukum Pesanggrahan,” ujar AKP Seala saat konferensi pers di Polsek Pesanggrahan, Rabu (23/7).
Menurutnya, tawuran ini ternyata sudah direncanakan lewat akun Instagram bernama @Biangkerok69JKT. Akun ini dikelola oleh remaja berinisial MNA yang lahir tahun 2011.
“Modus operandinya melalui akun Instagram kelompok tawuran @Biangkerok69JKT. Dengan admin akun bernama MNA inisialnya mengajak teman-temannya untuk tawuran. Kemudian setelah berkumpul di tempat tongkrongannya di Jalan M Saidi, Kelurahan Petukangan Selatan, kelompok tersebut muter-muter di sekitar wilayah Pesanggrahan mencari musuh dengan membuat video,” jelasnya.
Kelompok ini kemudian menyerang sekelompok anak muda lain yang sedang nongkrong di Jalan Palem. Aksi itu sempat ricuh sampai akhirnya warga turun tangan dan membubarkan mereka.
“Sehingga terjadi tawuran dan dibubarkan oleh warga setempat dan dalam waktu kurang lebih selama 2 hari berhasil diamankan oleh jajaran Polsek Pesanggrahan,” lanjut Seala.
Pelaku yang berhasil ditangkap antara lain MNA (admin akun), MZ (bawa corbek), MAA, MAS, VHO, FAG (semuanya joki motor), AJ (bawa golok), JA (bawa celurit), dan AS (perekam video).
Barang bukti yang disita juga enggak main-main: satu corbek warna merah, satu golok, satu celurit warna silver, dan satu stik golf.
“Barang-barang yang diamankan, 1 bilah senjata tajam jenis corbek warna merah dengan genggam kayu warna hitam, 1 bilah senjata tajam jenis golok, 1 bilah senjata tajam jenis celurit warna silver, lalu 1 buah stick golf,” ungkap Kapolsek.
Para pelaku bakal berhadapan dengan pasal-pasal berat, mulai dari Pasal 358 KUHP tentang perkelahian, UU Darurat soal senjata tajam, UU ITE soal konten yang menghasut, sampai UU Perlindungan Anak.
Sementara itu, dari sisi pendidikan, Kasatlak Pendidikan Kecamatan Pesanggrahan, Kosar, ikut angkat bicara. Ia menegaskan bahwa siswa yang terlibat tawuran akan kehilangan hak atas Kartu Jakarta Pintar (KJP).
“Artinya anak-anak yang terlibat dalam tawuran itu dengan sanksi yang sesuai dengan Pergub Nomor 110 Tahun 2021, yaitu pencabutan KJP,” tegas Kosar.
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 110 Tahun 2021 memang mengatur bahwa penerima KJP harus bebas dari perilaku kekerasan dan pelanggaran hukum. Kosar juga menegaskan bahwa tidak ada negosiasi untuk pelajar yang melanggar aturan ini.
“Kami tidak mengenal apa namanya negosiasi ataupun perundingan atau musyawarah untuk orang tua atau siswa yang telah melakukan tindak kriminalitas. Karena mereka sudah melakukan hal-hal yang di luar batas yang tidak wajar sebagai siswa belajar yang ada di Jakarta,” tutupnya.
Hukum
Bela Investor Asing, Ade Ratnasari Akan Laporkan Oknum Dugaan Penipuan ke Polda Bali

Bali, 18 Juli 2025 – Seorang warga negara asing (WNA) asal Australia berinisial TH dikabarkan menjadi korban dugaan penipuan saat mengurus proses legalisasi pendirian perusahaan di Bali. TH telah menunjuk Ade Ratnasari sebagai kuasa hukumnya untuk menindaklanjuti kasus ini secara hukum.
Menurut keterangan dari Ade Ratnasari, TH awalnya mempercayakan proses pengurusan dokumen perizinan usahanya kepada seorang oknum berinisial AL. Namun, alih-alih berjalan lancar, dokumen yang dijanjikan tak kunjung selesai hingga lebih dari dua bulan, sejak Maret hingga Juni 2025.
“Padahal seharusnya proses legal untuk pendirian perusahaan ini bisa selesai hanya dalam waktu 14 hari. Klien saya sudah saya bantu menyelesaikan tahap-tahap legalitas secara sah, dan sudah menerima dokumen-dokumen resminya. Tapi proses dari pihak yang diduga melakukan dugaan penipuan ini justru tidak ada kejelasan,” ujar Ade kepada media.
Hingga saat ini, terduga AL disebut tidak memberikan konfirmasi apapun kepada TH terkait perkembangan pengurusan surat-surat tersebut. Merespons hal itu, Ade dan tim hukumnya berencana mendampingi TH untuk melaporkan kasus ini ke Polda Bali.
Ade menambahkan bahwa tindakan ini bukan hanya demi keadilan bagi kliennya, tetapi juga sebagai upaya menjaga citra Bali di mata dunia.
“Saya berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali kepada WNA lainnya yang ingin berinvestasi di Indonesia, khususnya Bali. Karena ini sangat mencederai nama baik pariwisata dan iklim investasi yang kita banggakan bersama,” tegasnya.
Pihak kuasa hukum berharap laporan ini bisa segera diproses oleh kepolisian agar pelaku dapat dimintai pertanggungjawaban dan kepercayaan investor asing terhadap Indonesia tetap terjaga.
Hukum
Perkara Perdata Dihentikan, Nikita Mirzani Kini Prioritaskan Proses Pidana

Jakarta, 15 Juli 2025 – Pengacara sekaligus praktisi hukum Deolipa Yumara buka suara soal pencabutan gugatan wanprestasi yang sebelumnya diajukan Nikita Mirzani terhadap Resta Gladis. Gugatan itu resmi dicabut lewat kuasa hukumnya, Fahmi Bachmid, atas perintah langsung dari Nikita.
“Pencabutan gugatan itu langkah yang wajar dan sah dalam proses hukum. Bisa jadi setelah ditelaah, pihak Nikita menilai bahwa gugatan ini tidak memiliki nilai pembuktian yang cukup kuat karena hanya didasarkan pada perjanjian lisan,” jelas Bang Deo.
Menurutnya, menggugat atas dasar perjanjian lisan memang sah-sah aja, tapi susah banget buat dibuktikan di pengadilan. “Omongan itu lidah tak bertulang. Hari ini ngomong A, besok B. Kalau dasarnya cuma omong-omong, itu susah dijadikan bukti,” lanjutnya.
Makanya, langkah mencabut gugatan itu dianggap lebih bijak dan hemat energi. “Daripada membuang waktu, tenaga, dan biaya untuk perkara yang lemah, lebih baik konsentrasi untuk membela Nikita dalam kasus pidana yang ada,” kata Bang Deo.
Waktu ditanya apakah langkah ini bisa dibilang tanda menyerah, Deolipa menjawab santai, “Kalau dia sudah mencabut, berarti dia sudah tahu bakal kalah. Kalau yakin menang, ya jalan terus. Tapi kalau sudah dicabut, berarti sudah tahu hasil akhirnya.”
Dia juga menegaskan nggak ada yang namanya main-main sama hukum di sini, ini murni soal strategi hukum. “Yang dilakukan oleh tim kuasa hukum Nikita adalah strategi berproses secara hukum. Bisa saja awalnya mencoba, siapa tahu menang. Tapi karena dilihat tidak memungkinkan, akhirnya dicabut. Itu sah dan tak masalah.”
Dengan dicabutnya gugatan, urusan perdata pun dinyatakan selesai. Tinggal tunggu satu sidang lagi buat pengesahan pencabutan.
“Tok tok tok, selesai. Clear. Sekarang tinggal fokus ke pidana,” tutup Bang Deo.
-
Entertainment1 week ago
Jason Chen Bersinar di ASEAN Fashion Festival 2025, Tampil Membawa Busana Karya Anak Bangsa di Panggung Internasional
-
News1 week ago
Kapolda Jabar Irjen Pol. Rudi Setiawan Melayat ke Rumah Duka Aipda Anumerta Cecep Saeful Bahri
-
News2 weeks ago
Irjen Pol Karyoto Resmi Jadi Besan Gubernur Dedi Mulyadi, Sorotan Masyarakat Tertuju pada Dua Keluarga Tokoh Jawa Barat
-
Hukum1 week ago
Bela Investor Asing, Ade Ratnasari Akan Laporkan Oknum Dugaan Penipuan ke Polda Bali
-
Hukum2 weeks ago
Perkara Perdata Dihentikan, Nikita Mirzani Kini Prioritaskan Proses Pidana
-
News2 weeks ago
Menlu RI Tegaskan Dukungan Teguh Indonesia untuk Palestina di Forum CEAPAD IV
-
News2 weeks ago
Situs DPR RI Sering Down, Sekjen DPR RI: Ribuan Kali Dapat Serangan Hacker
-
Budaya5 days ago
Gadis Cilik Aleeya Bersinar di ASEAN Fashion Festival 2025